Perjalanan Menuju Madinah Dan Kisah Suraqah
PERJALANAN MENUJU MADINAH DAN KISAH SURAQAH
Setelah berdiam diri di gua Tsûr selama tiga hari, penunjuk jalan yang disewa Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang menyusul mereka sembari membawa dua tunggangan yang telah dipersiapkan Abu Bakar Radhiyallahu anhu. Bersama mereka, ikut juga seorang budak milik Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah. Kemudian, empat orang ini memulai perjalanan menuju Madinah melalui daerah pinggiran.[1] Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan dengan tenang, dan lisannya tidak berhenti berdzikir menyebut asma Allah Azza wa Jalla seraya terus berdoa. Lain halnya dengan Abu Bakar Radhiyallahu anhu, ia seolah selalu gelisah, sering menolehkan kepalanya, karena rasa khawatir dan sangat menginginkan keselamatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [2].
Saat tiba waktu untuk istirahat siang pada hari itu dan suasana jalan sepi, Allah Azza wa Jalla meninggikan sebuah dataran sehingga memiliki bayangan. Mereka singgah di balik dataran tinggi ini. Abu Bakar Radhiyallahu anhumeratakan tanah dengan tangannya dan menggelar alas sebagai tempat istirahat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun mempersilahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beristirahat di tempat yang telah dipersiapkan itu. Kemudian Abu Bakar Radhiyallahu anhukeluar melihat-lihat keadaan.
Pada saat hampir bersamaan, ada seorang penggembala menuju tempat mereka tersebut dengan tujuan yang sama untuk berteduh. Abu Bakar Radhiyallahu anhumenanyai orang ini, sehingga ia tahu bahwa penggembala ini penduduk Makkah. Sang penggembala mengidzinkan mereka mengambil susu salah seekor dari kambing gembalaannya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.[3]
Selama dalam perjalanan, Abu Bakar Radhiyallahu anhusenantiasa bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas tunggangannya. Apabila ada yang bertanya tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Abu Bakar Radhiyallahu anhu menjawab:
هَذَا الرَّجُلُ يَهْدِينِي السَّبِيلَ قَالَ فَيَحْسِبُ الْحَاسِبُ أَنَّهُ إِنَّمَا يَعْنِي الطَّرِيقَ وَإِنَّمَا يَعْنِي سَبِيلَ الْخَيْرِ
“Orang ini menunjukkan jalan untukku”. Anas bin Malik (sahabat yang meriwayatkan hadits ini) berkata: “Sehingga si penanya mengira yang dimaksudkan adalah pemandu perjalanan, padahal yang diinginkan oleh Abu Bakar adalah jalan kebaikan”.[4]
Pada waktu lainnya, Abu Bakar Radhiyallahu anhumenoleh ke arah belakang, tiba-tiba terlihat ada seseorang tengah berusaha menyusul mereka. Ternyata, ia adalah Surâqah bin Mâlik, salah seorang yang ingin memenangkan sayembara dan ingin mendapatkan hadiah yang disediakan oleh orang-orang kafir Quraisy bagi siapa saja yang berhasil menemukannya dan berhasil membawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke Makkah.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dari Surâqah bin Mâlik, saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta rombongan melintasi pemukiman Bani Mudlaj, salah seorang penduduk pemukiman ini melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongannya. Kemudian orang ini bergegas mendatangi kaumnya yang sedang berkumpul, di antara mereka adalah Surâqah.
Orang yang melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini berkata: “Wahai Surâqah, aku tadi melihat beberapa orang di pinggiran, mungkin itu Muhammad n dan para sahabatnya”. Surâqah menceritakan dirinya setelah mendengar berita ini: “Saya yakin, orang-orang itu adalah mereka (namun) saya mengatakan kepada yang membawa berita ‘mereka itu bukan Muhammad dan para sahabatnya, tapi mereka adalah si anu dan anu yang baru saja melintas di hadapan kami”.
Inilah siasat Surâqah supaya berhasil memenangkan sayembara dan mendapatkan hadiah. Dia pun tetap di tempat duduknya beberapa saat. Kemudian ia bangkit dan masuk rumah. Dia menyuruh budaknya agar mengeluarkan kudanya dari belakang. Sejuruh kemudian dia pun mempersenjatai diri dan keluar menghampiri kudanya yang telah dipersiapkan oleh budaknya di tempat yang tersembunyi.
Dipaculah kudanya memburu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongannya. Begitu berhasil mengejar orang yang diinginkan dan kudanya semakin mendekati rombongan tersebut, tiba-tiba kuda tunggangannya terjerembab, dan ia pun terlempar dari punggung kuda.
Surâqah kemudian mengambil beberapa mata tombak untuk mengundi keputusannya. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyah sebelum melaksanakan sesuatu. Dia melakukan undian untuk mengetahui, apakah perburuan itu tetap diteruskan ataukah tidak?
Ternyata, hasil undian tidak sesuai yang diinginkan oleh nafsunya. Maka, ia pun mengingkari undian yang dilakukannya sendiri. Diraihlah kudanya dan memacunya lagi memburu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongannya yang sudah berada di depan mata.
Ketika berhasil mencapai tempat yang memungkinnya untuk mendengar doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kedua kaki kudanya tertancap ke dalam tanah sampai sebatas lututnya. Diapun turun dan menghardik kudanya, sehingga kuda itu bangkit kembali. Saat kudanya mencabut kakinya yang tertanam, memancarlah cahaya dari bekas kaki kuda itu.
Dengan peristiwa ini, Surâqah merasa yakin jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terlindungi dan akan mendapatkan kemenangan. Dia pun akhirnya memanggil mereka dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongan berhenti. Surâqah menghampiri dan menceritakan kejadian yang dialaminya kepada mereka. Surâqah bercerita:
وَوَقَعَ فِي نَفْسِي حِينَ لَقِيتُ مَا لَقِيتُ مِنْ الْحَبْسِ عَنْهُمْ أَنْ سَيَظْهَرُ أَمْرُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ قَوْمَكَ قَدْ جَعَلُوا فِيكَ الدِّيَةَ وَأَخْبَرْتُهُمْ أَخْبَارَ مَا يُرِيدُ النَّاسُ بِهِمْ وَعَرَضْتُ عَلَيْهِمْ الزَّادَ وَالْمَتَاعَ فَلَمْ يَرْزَآنِي وَلَمْ يَسْأَلَانِي إِلَّا أَنْ قَالَ أَخْفِ عَنَّا
Setelah kejadian apa yang aku alami, yaitu tidak berhasil menyentuh mereka, terbetik dalam hatiku bahwa perkara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini akan menang. Aku berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kaummu telah menjanjikan tebusan untuk dirimu”. Aku juga memberitahukan tentang keinginan banyak orang berkaitan dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan rombongannya. Aku menawarkan bekal dan barang-barang, namun keduanya (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu) tidak menanggapi tawaranku, dan juga tidak menanyaiku. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berseru: “Rahasiakan tentang kami”. [HR Imam Bukhâri]
Lalu Surâqah meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar membuatkan untuknya surat jaminan keamanan, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memenuhi permintaannya. Disuruhlah Amir bin Fuhairah menuliskannya di atas sepotong kulit.
Setelah perjumpaannya dengan Surâqah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali melanjutkan perjalanan hijrahnya. Selama dalam perjalananan ini banyak mengalami kejadian luar biasa yang membuktikan kebenaran kenabian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Bakar Radhiyallahu anhu, ia Radhiyallahu anhu berkata: “Kami berangkat menuju Madinah, sementara banyak orang yang mencari kami. Tidak ada seorangpun yang berhasil menemukan kami kecuali Surâqah bin Mâlik bin Ju’syum yang menyusul dengan kudanya. Aku berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Orang ini berhasil menemukan kita, wahai Rasulullah!” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyahut: ‘Jangan bersedih, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersama kita’.”
Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu yang menjelaskan sebagian peristiwa ini. Setelah Surâqah gagal dengan apa yang menjadi keinginannya, ia berkata :
يَا نَبِيَّ اللَّهِ مُرْنِي بِمَا شِئْتَ قَالَ فَقِفْ مَكَانَكَ لَا تَتْرُكَنَّ أَحَدًا يَلْحَقُ بِنَا قَالَ فَكَانَ أَوَّلَ النَّهَارِ جَاهِدًا عَلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ آخِرَ النَّهَارِ مَسْلَحَةً لَهُ
“Wahai Nabiyullah, perintahkan aku semaumu!” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tetaplah kamu di tempatmu. Jangan engkau biarkan satu orangpun menyusul kami”.
Anas berkata: “Sehingga Surâqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya”.
Adapun surat jaminan keamanan yang diminta Surâqah tetap dipeliharanya sampai ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari membawa surat itu. Setelah perang Hunain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memenuhi janjinya kepada Surâqah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hari ini, adalah hari menepati janji dan hari berbuat baik,” dan pada hari itu juga, Surâqah menyatakan keislamannya.[5]
Apa Yang Bisa Dipetik Dari Kisah Di Atas?
Semua mukjizat yang diperlihatkan Allah Azza wa Jalla dalam perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Madinah, sebagaimana juga mukjizat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain merupakan wujud untuk memuliakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mukjizat ini juga menunjukkan bahwa Allah Azza wa Jalla senantiasa menolongnya, dan menjadikan agamanya mendapatkan kemenangan. (Ustadz Ahmad Nusadi).
Diringkas dari kitab as-Sîratun-Nabawiyah fi Dhau`il Mashâdiril-Ashliyyah, halaman 277-281.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XII/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Shahîh al Bukhâri, 15/97, no. 3905. Ibnu Hisyâm menyebutkan riwayat mengenai tempat-tempat yang dilalui Rasulullah n dalam perjalanan ini, namun tanpa sanad.
[2]. Shahîh al-Bukhâri, 15/95, no. 3906.
[3]. Shahîh al-Bukhâri, 15/113,114, no. 3917 dan 3918.
[4]. Shahîh al-Bukhâri, no. 3911.
[5]. Ibnu Ishaq dengan sanad yang hasan. Perawinya adalah para perawi hadits-hadits shahih. Lihat Ibnu Hisyâm, 2/154.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3743-perjalanan-menuju-madinah-dan-kisah-suraqah.html